Saturday, August 01, 2020

Episode Haji 1

Perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. (QS. Al Baqarah:198)

Saat2 menjelang hari Arafah selalu diingatkan kembali saat2 mendapat undangan menjalani rukun Islam ke-5 thn 2011 lalu... Masih teringat bahagianya mendpt undangan ini dan hari2 spt saat ini always termasuk hari baper nasional... 

Kami (aq dan suami) saat akan berangkat haji meyakini bermalam (mabit) di Muzdalifah merupakan salah satu rukun haji... Jd wajib bagi kami memaksimalkan doa dan ikhtiar kami utk dapat bermalam disana. Kenapa? Krn saat haji tidak semua travel haji bermalam di Muzdalifah tetapi hanya mampir dan singgah sejenak di muzdalifah tanpa bermalam.

Sebelum hari Arafah kami mohon ijin dg travel haji kami agar dpt memisahkan diri dari rombongan untuk berjalan kaki dari Arafah ke Muzdalifah. 

Bismillah kami meminta izin ke pihak Travel saat akan memisahkan diri dari rombongan agar kami bisa bermalam di Muzdalifah. Kami jelaskan apa yg menjadi keyakinan kami dan semua persiapan lahir bathin jika kami memisahkan diri. 

Langsung dapat ijin gak? Ya enggaklah... Krn travel juga punya kebijakan utk melepaskan jamaahnya dan punya tanggungjawab yg besar atau denda jika kami tersesat atau hilang.

Saat kami ikhtiar meminta ijin kpd pihak travel, kami tetap memasrahkan semua kpd Allah... Jika Allah berkehendak kami menjalani sunnahNya utk bermalam di Muzdalifah maka Allah akan memudahkan urusan kami. Jika Allah tidak mengijinkan kami pisah dg rombongan sesungguhNya Allah mengetahui yg terbaik bagi kami. Intinya kami tetap hrs berazam tdk boleh keras kepala dan sombong merasa paling benar. Santuyyy tapi tetap berusaha semaksimal mungkin... Eh gimana maksudnya :) 

Setelah ikhtiar tsb kami lakukan, kemudian kami jg harus bersungguh2 berdoa krn hanya atas ijinNya-lah semua kesulitan akan menjadi mudah.

Salah satu doa masih teringat "Ya Allah kami hanya ingin menjalani haji ini dg memaksimalkan sunnah2  RasulMU maka mudahkan semua urusan kami. Apapun keputusanMU jadikanlah kami menjadi orang yg selalu bersyukur dan berserah diri".

Malam H-1 menjelang kami berangkat ke Arafah, kami dipanggil pihak Travel. Dan Alhamdulillah Allahu Akbar kami mendapat ijin dan doa restu untuk memisahkan diri dg rombongan. Sujud syukur dan melo sejadi2nya krn ternyata Allah memudahkan urusan kami 😭😭😭

Disinilah Allah mendidik kami bahwa utk mengikuti sunnah rasulullah itu jalannya gak akan mulus tapi penuh liku. Ibrohnya jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang dan teguh l, spt firman Allah:

“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ : 68)

Spt yang sudah dicontohkan Rasulullah kami meninggalkan Arafah saat matahari tenggelam. Sebelumnya kami sdh berpamitan dgn para Ustadz dan Muthowif di Travel haji kami, sebelum adzan magrib.
Kami meninggalkan tenda di Arafah saat semua jamaah di travel kami sdg menjalani  sholat magrib berjamaah,  iini jg sbg usaha agar tidak membuat kehebohan dan pertanyaan dari teman2 jamaah lainnya. 

Kok kami gak sholat magrib dulu sblm jalan kaki ke Muzdalifah? Krn yg dicontohkan rasulullah memang begitu, Beliau SAW menjamak sholat Magrib dan Isya saat tiba di Muzdalifah.

Bismillah berbekal, peta bagi pedestrian (krn jaman itu blm ada GMap), botol semprot utk wudhu, air zamzam, kurma, roti, coklat dan sajadah di dalam tas ransel,  kami memulai jalan kaki ke Muzdalifah yg jarak tempuhnya kurleb 11km.

Kami menikmati perjalanan khusus pejalan kaki, ditemani oleh banyak jamaah2 lain dr berbagai negara dan dibawah sinar lampu yg terang benderang. Di sepanjang jalan akan banyak di temui kran2 utk air minum. Jd gak perlu byk2 bawa air minum di dalam tas. Krn qt bisa refill botol minum dan botol semprot utk wudhu dr kran2 itu. Agar qt gak sering buang air kecil strateginya adalah dg minum air sedikit2 tapi sering dan tidak boleh minum sekali teguk lgs banyak or lgs ½ botol. Walo toilet portable akan byk qt temui di sepanjang jalan tp tetap saja antriannya panjang dan ini akan menghabiskan energi dan waktu utk antrinya saja.

Kami berjalan kaki cenderung lambat, krn stlh jln bbrp km, HNP (saraf kejepit) q tnyata kumat... Subhanallah sakit tp Allah lah yg memampukan kami sampai di Muzdalifah, sekitar jam 23.30 an... Masyaallah... Lelah tp nikmatnya luar biasa.

Kami mendapat tempat istirahat di atas bukit. Masyaallah sejauh mata memandang kami bisa merasakan saat2 dikumpulkan di yaumul hisab. Setelah dzikir2 sebentar akhirnya kami tertidur pulas beralaskan sajadah dan beratapkan langit. Pulessss bgt walopun bukit yg qt tiduri berbatu dan gak datar2 amat, posisi 15° gitu deh.

Jelang sholat shubuh kami sdh terbangun. Krn Rasulullah tdk menjalani Qiyamul Lail di Muzdalifah kami pun mengikuti dg hanya byk berdzikir. Sesaat setelah adzan semua jamaah berdiri di tempatnya masing2. Pernah baca artikel bgmn di saat2 spt ini kita bs meresapi sangat saat2 qt akan dibangkitkan di yaumul hisab. Merinding, deg2an, takjub dan bersyukur menjadi bagian dari prosesi ibadah ini. Masyaallah kita akan menyaksikan sebanyak2nya orang berkain ihram berwarna putih berdiri serentak, lalu air mata ini akan mengalir  dan mulut kami lgs berdoa agar kami kelak diselamatkan oleh Allah dari siksa api neraka.

Menjelang fajar sesuai yg dicontohkan Rasulullah kami mulai berjalan lagi ke Mina, yg jarak tempuhnya ± 6km. 

Insyaallah bersambung di cerita berikutnya ya...

10 Muharram 1441H

selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home