Monday, April 24, 2017

Mewaspadai Subhat Penolak Sifat

Ust Firanda Andirja

 📝Catatan sebelum membaca:

Bahasan kali ini menurut q sbg org kurang ilmu cukup beratttt,  awalnya lumayan gak mudeng krn Ust Firanda bahas muqodimah aja udh spt isi.

Mau nyatet jg sempet bingung krn byk istilah2 baru yg aq jg gak mudeng.  Mana penjelasan Ust nya ngebut bgt jd deh catatannya gak secakep biasanya {emg biasanya cakep? :p}.

Nah utk menutupi kekurangan q dr ketidakpahaman sbg awamer jd deh istilah2 yg membuat bingung aq lengkapi dg minta bantuan mbah google mencari dari sumber2 sunnah yg smg gak salah ngopas. Kalo ada kesalahan mohon dimaapken ya :)


Mukodimah

Setiap nama Allah pasti mengandung sifat Allah

Sifat Allah tdk terbatas

Timbulnya subhat2 sudah diperingatkan oleh sahabat ra.

Apa yg dikatakan dlm Al Quran dan Hadits qt tdk dpt menambah2an n mengurang2kan

Semua penolak sifat sering menuduh ahlu sunnah musyabihah (menyamakan Allah dg makhluknya) pdhl mrk sendiri yg musyabihah

Yang di maksud dengan golongan musyabbihah adalah golongan yang menyamakan antara sifat-sifat Allah ta’ala dengan sifat­-sifat makhluk-Nya atau orang-orang yang menyamakan kedudukan makhluk dengan kedudukan Khaliq (Allah ta’ala).

Musyabbihah berasal dari bahasa arab yang asal katanya adalah “syabbaha” yang artinya menyerupai. Misalnya adalah bahwa Allah ta’ala mempunyai tangan sebagimana ayat yang berbunyi:

يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ

“Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Surat AI Fath : 10)

Mereka menyerupakan tangan yang dimiliki Allah ta’ala dengan tangan manusia. Nauzdubillahi mindzalik.

Padahal Allah ta’ala sendiri telah menegaskan tentang diri-Nya sendiri dengan berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {11}

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surat Asy-Syuraa : 11)

Sedangkan mu’athtilah adalah kebalikan dari musyabbihah. Mereka adalah orang-orang yang menafikan nama-nama dan sifat-­sifat Allah  ta’ala dan tidak mengimaninya, baik menafikan secara keseluruhan maupun menafikan sebagian dari nama-nama dan sifat­sifat Allah ta’ala tersebut.

Kedua golongan ini adalah menyimpang dari ahli sunnah wal jamaah.

Adapun aqidah ahli sunnah wal jamaah dalam masalah asma dan sifat ini adalah menyakini sepenuhnya bahwa Allah ta’ala memiliki nama-nama yang Maha     baik dan Sifat-sifat yang Maha agung, yang nama-nama dan    sifat-sifat-Nya tidak sama dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, mengimaninya sebagaimana yang dijelaskan Allah ta'ala dalam Al-Qur’an dan dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam dalam As­-Sunnah yang shahih tanpa meyerupakannya, tanpa menafikannya, tanpa mentakwilkannya dan tanpa menyimpangkan maknanya. Wallahu Ta’ala  a’lam bish showab. (Lihat Syarah Aqidah Wasithiyah, Syeikh Sholih Fauzan : 15, dan Washatiyatu Ahlis Sunnah Bainal Firaq, DR. Muhammad Ba Karim Ba Abdullah : 309)

Aqidah ahlu sunnah wal jamaah
1) menetapkan seluruh sifat
- yg Allah nafikan dlm Al Quran
- yg Allah nafikan dlm hadits
Tanpa merubah makna
2) menolak sifat
3) Qt tdk membagaimanakan yg dibagaimana tanpa memisalkan
4) Tamsil = menyamakan sifat Allah dg memisalkan
5) tidak menolak sifat2 Allah

Contoh:
Allah Maha Mendengar, tetapi qt tdk boleh menyamakan dg pendengaran makhluk

Adapun tentang tuduhan tasybih, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan :
 “Dan yang dimaksud di sini, Ahlus Sunnah sepakat bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah. Tidak dalam Dzaat-Nya, sifat-Nya, ataupun perbuatan-perbuatan-Nya. Akan tetapi lafadh tasybih dalam perkataan manusia adalah lafadh yang mujmal. Apabila yang diinginkan dengan penafikan tasybih adalah apa-apa yang dinafikkan Al-Qur’an dan ditunjukkan oleh akal (sehat), maka ini benar. Hal ini dikarenakan kekhususan-kekhususan Rabb Ta’ala tidaklah disamai sesuatupun dari makhluk-makhluk,.... Dan apabila yang diinginkan dengan tasybiih tersebut bahwa tidak ada satu pun sifat yang boleh ditetapkan untuk Allah, sehingga tidak boleh dikatakan pada-Nya ilmu, qudrah, dan hidup, karena hamba juga disifati dengan sifat-sifat ini; maka ia mengkonsekuenskan tidak boleh dikatakan pada-Nya : Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengetahui, dan Maha Berkuasa, karena hamba juga dinamai dengan nama-nama ini. Begitu juga halnya dengan firman-Nya, pendengaran-Nya, pengelihatan-Nya, ru’yah-Nya, dan yang lainnya.....” (Minhajus-Sunnah, melalui perantaraan Mukhtashar Al-‘Ulluw lidz-Dzahabi oleh Al-Albaani, hal. 68; Al-Maktab Al-Islaamiy, Cet. 2/1412 H).

Imam Ahmad berkata: “Al Musyabbihah adalah orang yang mengatakan: pendengaran Allah seperti pendengaranku, penglihatan Allah seperti penglihatanku, tangan Allah seperti tanganku.” (Al Ibaanah oleh Ibnu Baththah: 3/327)

Ishaq bin Rahawaih rahimahullah (guru dari Imam Bukhari dan Imam Muslim) berkata :”Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ”Tangan (Allah) seperti tanganku, pendengaran (Allah) seperti pendengaranku”. Inilah yang dinamakan tasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tidak menyatakan : ’bagaimana’ dan ’seperti’; maka itu tidak termasuk tasybih. Allah berfirman : ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Mukhtashar Al-’Ulluw lidz-Dzahabi, hal. 69]

At-Tirmidzi berkata: Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Alaa’ : Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami ‘Abbaad bin Manshuur : Telah menceritakan kepada kami Al-Qaasim bin Muhammad, ia berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Allah menerima shadaqah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu mengembangkannya untuk kalian sebagaimana salah seorang di antara kalian membesarkan anak kudanya. Hingga, sesuap makanan akan mengembang menjadi segunung Uhud”.
Dan hal itu dibenarkan dalam Kitabullah ‘Azza wa Jalla : “Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat” (QS. At-Taubah : 104). Dan : “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah” (QS. Al-Baqarah : 276).
Abu ‘Isa (At-Tirmidzi-pen) berkata : “Hadits hasan shahih”.
Dan telah diriwayatkan hal itu dari ‘Aisyah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang semisal dengannya. Tidak sedikit dari ulama yang mengatakan tentang hadits ini dan yang semisalnya yang membicarakan tentang shifat dan turunnya Rabb Tabaaraka wa Ta’ala pada setiap malam ke langit dunia. Mereka berkata : Sungguh telah shahih riwayat-riwayat tentang hal ini, mereka mengimaninya, tidak salah paham, dan mereka tidak menanyakan ‘bagaimana’ (hakekat sifat tersebut). Demikianlah yang diriwayatkan dari Maalik, Sufyaan bin ‘Uyainah, ‘Abdullah bin Al-Mubaarak, bahwasannya mereka berkata dalam hadits-hadits ini : ‘Kami memperlakukannya tanpa menanyakan ‘bagaimana’. Dan demikianlah perkataan para ulama dari kalangan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah. Adapun Jahmiyyah mengingkari riwayat-riwayat ini. mereka (jahmiyyah) berkata : “ini adalah tasybih”. Allah ‘Azza wa Jalla telah di tempat yang lain dalam Kitab-Nya : tangan (al-yadd), pendengara (as-sam’), dan penglihatan (al-bashar), maka Jahmiyyah menta’wilkan dan mentafsirkan ayat-ayat ini selain dari yang ditafsirkan para ulama. Mereka (Jahmiyyah) berkata : “Sesungguhnya Allah tidah menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya”. Dan mereka (Jahmiyyah) berkata : “Sesungguhnya makna tangan dalam ayat ini adalah kekuatan (al-quwwah)”.
Dan Ishaaq bin Rahawaih berkata : “Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ‘tangan (Allah) seperti tangan (makhluk), pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)”. Jika ia berkata : ‘Pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)’, maka inilah yang dinamakan tasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’tangan, pendengaran, penglihatan’, kemudian ia tidak mengatakan : ’bagaimana’ dan tidak pula mengatakan’seperti’ pendengaran makhluk; maka itu tidak termasuk tasybih. Dan itu sebagaimana firman Allah Ta’ala : ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuuraa : 11).” [selesai – Sunan At-Tirmidzi, hadits no. 662].

Orang Jahmiah mengingkari sifat2 Allah contoh:
- Tangan Allah krn tangan menurut Jahmiah artinya kekuatan
- orang jahmiah menganggap Allah tdk menciptakan Adam dg tangannya.  Pdhl Allah menciptakan Adam dg ke-2 tanganNya

Ada 3 mahzab yg membahas subhat
1) Mahjab ahlu sunnah : mengerti maknanya tdk perlu paham bgmnnya.
- Imam Malik --> istiwa ala tdk ada maknanya selain hanya diatas
- tdk usah membayangkan atasnya dmn n bgmn nya
- beriman saja dg apa yg ada di dlm Al Quran n Hadits
- qt tdk akan bs melihat Allah skrg shg tdk bs menyifatinya skrg
- akal manusia tdk akan bisa menerimanya

2) takwil = disifatkan maknanya dg penafsirannya sendiri

3) takfi'= tdk mengerti maknanya sama sekali tetapi membagaimanakan

Aqidah ahlul bid'ah meyakini:
- jk menetapkan nama2 tanpa mengerti maknanya
-mahzab mu'tazillah: memiliki nama tp tdk memiliki sifat
- memiliki sifat tp tdk memiliki nama
- mahzab al Jahmiyyah-->
Sifat2 yg selalu mengingat Allah tp menolak sifat2 Allah
- mahzab Ashairoh --> meyakini sifat dzatiyah

Masjid Muadz Bin Jabal, 23042017

selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home