Monday, February 01, 2016

KIAT-KIAT MENINGKATKAN IMAN (BAGIAN 3 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 22 Rabi'ul Akhir 1437 H / 01 Februari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
🔊 Pengajian Islam | Kiat-Kiat Meningkatkan Iman Bagian 3 dari 6
⬇ Download Audio: https://goo.gl/FZ5Ysk

📡 Sumber: 
https://yufid.tv/10651-kiat-meningkatkan-keimanan-ustadz-firanda-andirja-m-a.html
〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan.. 
■ 2 | MEMBACA AL QURĀN 
Allāh telah memuji diri-Nya tatkala menurunkan Al Qurān kepada hamba-Nya, Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam: 
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ 
“Segala puji bagi Allāh yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Qurān dan Allah tidak menjadikan dalam Al Qurān tersebut ada kepincangan sama sekali.” 
(QS Al Kahfi: 1)
Al Qurān lurus dalam segala hal; berita-beritanya, hukum-hukumnya, kisah-kisahnya, semuanya lurus tidak ada kebengkokan, tidak ada kesalahan sama sekali dan ini merupakan nikmat yang besar.
Dia adalah kitab yang penuh keberkahan, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 
وَهَٰذَاكِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 
“Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepada dia, wahai Muhammad, penuh dengan keberkahan, ikutilah Al Qurān tersebut dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat."
(QS Al An'ām: 155)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga mengatakan: 
وَلَقَدْ جِئْنَاهُم بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ 
“Sungguh Kami telah mendatangkan kepada mereka sebuah kitab yang Kami perinci kitab tersebut yaitu Al Qurān sebagai petunjuk, sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.” 
(QS Al A'rāf: 52)
Oleh karenanya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjelaskan tentang agungnya Al Qurān ini, sampai Allah mengatakan:
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ 
“Seandainya Kami turunkan Al Qurān ini kepada gunung yang tegar yang kuat maka kau akan melihat gunung tersebut dalam keadaan hancur, karena takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.” 
(QS Al Hasyr: 21)
Ini menunjukkan bahwasanya Al Qurān sangat memberi petunjuk kepada hati. Kalau ada orang yang hatinya keras seperti gunung maka akan luluh di hadapan Al Qurān. 
Al Qurān tidak diragukan merupakan kitab yang memberi petunjuk, kitab yang mendatangkan rahmat.
Akan tetapi, bagaimana kita bisa mengambil petunjuk dan rahmat tersebut?
Bagaimana cara kita membaca Al Qurān sehingga kita bisa mengambil petunjuk dan rahmat tersebut?
Tidak diragukan bahwasanya Al Qurān juga merupakan obat:
وَنُنَزِّلُ مِنَ القُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan telah Kami turunkan Al Qurān tersebut sebagai obat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qurān itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian."
(QS Al Isrā: 82)
⇒ Obat fisik maupun bathin, oleh karenanya Al Qurān bisa digunakan untuk meruqyah penyakit luar maupun penyakit dalam.
Orang-orang yang hatinya sakit dan keras bisa diobati dengan membaca Al Qurānul Karīm.  
Sekarang yang jadi masalah adalah bagaimana membaca Al Qurān tersebut.
Sungguh, betapa banyak orang yang membaca Al Qurān namun tidak nampak dalam praktek amalan mereka sama sekali, tidak menambah keimanan mereka sama sekali.
Kenapa?
Karena mereka membaca tanpa tadabbur.
Al Hasan Al Bashri pernah berkata: 
إِنَّمَا أنزل الْقُرْآنُ لِيُعْمَلَ بِهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلا
“Sesungguhnya Al Qurān itu di turunkan untuk diamalkan, namun orang-orang menjadikan bacaannya sebagai amalan.”
Al Qurān sama dengan ilmu yang telah kita bahas, Al Qurān merupakan cabang dari ilmu dan dia menjadi ibadah tatkala dibaca untuk dipahami dan diamalkan.
Adapun jika sekedar dibaca-baca kemudian di perhatikan tajwidnya, ini memang indah, namun ingat ini cuma sarana bukan tujuan.
Maka, Hasan Al Bashri mengatakan bahwa orang-orang menjadikan bacaannya itu sebagai amalan/tujuan.
Padahal bacaan (dengan mengetahui hukum dan tajwidnya) itu adalah sarana untuk bisa memahami maknanya, setelah memahami baru kemudian mengamalkannya.
Oleh karenanya Hasan Al Bashri menyebutkan tentang adanya Qurrā (orang-orang ahli baca Al Qurān) di zamannya membaca Al Qurān dengan benar tajwidnya (iqāmatul hurūf), sesuai dengan makhrajnya, maka diantara mereka ada yang bangga bisa membaca surat dengan satu nafas.
Namun, apa yang dibanggakan kalau bisa baca Al Qur'an dengan satu nafas?
Apakah kalau bisa membaca Al Qurān satu nafas akan menambahkan keimanan?

Jawabannya: Tidak! 
Maka dia mengatakan:
“Semoga Allāh tidak menjadikan orang-orang seperti ini banyak di dunia ini.”
Kenapa?
Yang bangga dengan bisa baca Al Qurān dengan satu nafas dan bacaanya yang indah, hanya sebatas itu yang dia lakukan, (karena) tidak menjadikan Al Qurān untuk ditadabburi dan untuk diamalkan.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, 
Oleh karenanya kita harus sadar, supaya Al Qurān bisa menambah iman ketika kita membaca yaitu harus dengan niat untuk ditadabburi, untuk diamalkan.
Allāh berfirman: 
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا 
“Apakah mereka tidak mentadabburi Al Qur'an ini? Kalau sekiranya Al Qurān itu bukan dari sisi Allāh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. .” 
(QS An Nisā: 82)
Allāh turunkan ayat ini untuk mencela orang-orang musyrikin, kenapa mereka tidak mentadabburi Al Qurān. 
Kalau orang musyrikin yang asalnya mereka tidak beriman dengan Al Qurān dicela apalagi kita yang lebih utama untuk mentadabburi Al Qurān 
Dalam ayat yang lain: 
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا 
“Kenapa mereka tidak mentadabburi Al Qur'an? Apakah hati-hati mereka telah terkunci?” 
(QS Muhammad: 24)
⇒ Allāh mencela orang yang membaca Al Qurān tetapi tidak ditadabburi. 

Al Qurān dibaca untuk ditadabburi bukan sekedar numpang lewat untuk diindahkan bacaanya dan dijadikan nyanyian, tidak! 

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 

“Al Qurān yang Kami turunkan kepada engkau, wahai Muhammad, penuh dengan keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."

(QS Shād: 29)
Karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencela Ahlul Kitab yang hati mereka keras tidak bisa mentadabburi Al Qurān. 
Kata Allāh:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ 
"Tidakkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu' hati-hati mereka tatkala mereka mendengarkan firman-firman Allāh?
Dan janganlah mereka (orang-orang beriman), seperti Ahlul Kitab yang telah diturunkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Qurān (yaitu Taurat dan Injil) dan berlalu waktu yang lama sehingga hati-hati merekapun menjadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
 (QS Al Hadīd: 16)
Jadi, orang yang tatkala membaca Al Qurān tapi tidak bisa terenyuh dan tidak bisa mengambil keberkahan, maka dia seperti Ahlul Kitab yang sudah keras hati mereka, sehingga Al Qurān yang bisa menghancurkan gunung tidak bisa menghancurkan/meluluhkan hatinya. 
Karenanya, Al Qurān ini merupakan sebab utama kita menambah keimanan.
Maka saya katakan, sungguh aneh ada seorang Muslim kemudian lewat hari-hari (satu hari) tanpa membaca Al Qurān .
Bagaimana hatinya mau lembut jika maksiat terus dia lakukan.
Tidak ada penawar/pengobat hatinya karena Al Qurān dia tinggalkan.
Oleh karenanya, jangan sampai hari-hari kita lewat tanpa membaca Al Qurān sama sekali.
Al Qurān itulah penawar hati kita.
Namun ingat, bagaimana cara kita menambah iman dengan membaca Al Qurān, ini yang dijelaskan oleh Syaikh 'Abdurrazzāq dalam kitabnya, yaitu:
● PERTAMA | Tatkala membaca, ingat bahwasanya Anda sedang membaca firman/perkataan Allāh; 
✓Pencipta alam semesta
✓Dzat yang telah menciptakan diri 
✓Dzat yang memberi hidayah kepada kita.
Maka tatkala kita membaca kita akan mengagungkan Al Qur'an dan bukan perkataan sembarang orang. 
● KEDUA | Tatkala membaca, niatkan untuk menambah keimanan, mendapatkan hidayah dan untuk bisa diamalkan.
Ini perlu dibaca, ini penting, jadi membacanya pelan pelan.
Jangan sampai cita-cita/orientasi kita yaitu yang penting tamat, tidak.
Yang paling penting adalah setelah kita membaca satu halaman, ada iman dan ilmu yang bertambah. 
● KETIGA | Bacalah dengan berusaha mentadabburi.
Oleh karenanya, Ibnul Qayyim rahimahullāh mengatakan, perkataannya yang luar biasa, 
beliau mengatakan: 
قراءة آية واحدةبتدبر بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بلا تدبر وتفهم  
“Membaca satu ayat saja dalam Al Qur'an dengan tadabbur dan berusaha memahami kandungannya lebih baik daripada mengkhatamkan Al Qur'an tetapi tidak dipahami dan tidak ditadabburi.”
Sebagaimana sebagian orang membaca Al Qurān untuk mencari keberkahan, benar Al Qurān itu berkah tetapi yang paling utama adalah memahami isinya.
Bukankah itu yang menjadikan orang musyrikin dulu langsung beriman kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?
Betapa banyak orang musyrikin yang langsung beriman begitu mendengar bacaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Lihat Zubayr bin Muth'im radhiyallāhu Ta'āla 'anhu yang kafir dan musyrik, begitu dia mendengar Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam shalat subuh membacakan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla : 
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka terciptakan tanpa dari sesuatu ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?” 
(QS Thūr: 35)
Ini adalah ayat yang luar biasa yang menunjukkan adanya Pencipta yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ayat yang luar biasa yang memberikan metode berpikir secara ilmiah bahwa manusia itu ada; apakah tiba-tiba ada, atau mereka ciptakan sendiri atau ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada. 
Kemudian dia mengatakan:
كاد قلبي أن يطير
“Hampir-hampir jantungku terbang tatkala mendengar firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Dan langsung masuk Islam.
Ada seorang pendeta yang mendengar firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tatkala ayat dalam surat Al Baqarah yang mengancam orang-orang yang menulis/membuat Al Kitab dengan tangannya, yang artinya: 
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ 
“Celaka bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan-tangan mereka kemudian mereka berkata 'Ini adalah dari sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla' untuk mendapatkan sedikit dunia (secercah dunia), celaka apa yang ditulis oleh tangan-tangan mereka dan celaka atas perbuatan mereka.” 
(QS Al Baqarah: 79)
Allāh sebutkan celaka tiga kali. seorang pendeta yang mengerti bahasa Arab ketika mendengar ayat ini langsung beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 
  
Karenanya, sangat dianjurkan (dan ini sangat menambah iman), tatkala kita setiap hari menyisihkan waktu untuk membaca Al Qurān, tidak usah banyak-banyak, lima ayat tapi membaca dengan mentadabburi.
______________________________ 
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
🌐 Website:  
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page:  
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel: 
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel: 
http://BimbinganIslam.tv
selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home