Tuesday, November 29, 2005

DALAM DEKAPAN TARBIYAH I



Rabbku, telah kupenuhi panggilan-Mu,
membawa tubuh ringkih ini melewati jalan yang Kau kehendaki. Telah kucoba melepas segenap yang aku mampu untuk mengatasi beratnya medan yang menghalang. Telah coba kuatasi sedapatnya panasnya hari-hari kulewati.

Namun ampuni aku ya Rabbi. Betapa seringnya hamba tertegun ragu, untuk melanjutkan perjalanan yang panjang ini. Semuanya memang dikarenakan kelemahan hati ini yang masih saja berharap mencicipi kenikmatan duniawi.
selengkapnya...
Kinipun hati yang peragu ini masih diguncang gundah. Akankah Kau terima buah karya tangan lemah ini? Akankah Kau hargai, apabila saat ini hatiku masih juga mengharapkan wajah lain selain wajah-Mu?
Jika masih juga kunanti senyum lain selain senyum-Mu?
Juga masih kudambakan pujian selain dari pujian-Mu?
Betapa semakin berat persangkaanku akan kesia-siaan amalanku,
jika kuingat Engkau Maha Pencemburu!!!

Rabbi, bukan tak ingin aku istiqomah melewati hari-hari.
Bukan tak hendak aku sabar menanti janji-Mu. Namun Rabbi,
apakah salah jika aku menyandarkan diri pada dinding lain dalam sebuah bangunan Islam-Mu?

Namun Rabb, lagi-lagi Kau didik aku dalam kealpaan mimpi semuku. Kau dekap aku dalam belaian tarbiyah yang telah banyak mengajarkan aku banyak hal. Tak sanggup ku bendung air mata keharuan atas belaian ini. Karena aku tahu, tidak semua hamba-Mu Kau perlakukan sama seperti aku.

Tersibak juga tirai kelam yang senantiasa menyeret langkahku menjauh dari-Mu, sungguh aku bersyukur atas semua ini.
Aku sadar tidak sama pejuang dengan perintang,
Kembali ku ingat sebait doa yang pernah kurenda, tentang sebuah janji yang telah kupatri, tentang azzam yang kutanam dan juga segala amanahku. Menginggatnya, semakin deras air mata ku mengalir, semakin kuat dan kokoh kakiku melangkah.
Ternyata tanggung jawab itu besar berada di pundakku.

Dalam Dekapan Tarbiyah II

Rabbana, kekuatan apakah gerangan ini, yang mengantarkan kakiku ke dada pelangi. Jauh melesat meninggalkan bayang-bayang. Bergerak bagai awan putih merindukan terang. Kadang kala kabut pekat yang kutemui. Langkahkupun seolah terhenti. Namun aku tidak mau terjebak di dalamnya, sekuat tenaga kucoba berlari, tapi langkah kaki kecilku berpacu dengan nafsu yang menahan jiwaku.
Aku bergumul seorang diri, mulutku berteriak, namun suaraku bersembunyi. Beruntung aku masih punya nafas, yang bisa kudendangkan tatkala hatiku sunyi.
Dengan nafas itu aku berjalan di atas bumi. Menuntun hamba-hamba-Mu yang mendambakan cinta sejati.

Rabb, apakah ini jawaban setiap doa-doaku?. Agar Engkau sertakan aku di dalam barisan para salafussholeh?. Apakah ini jawaban setiap rintihanku, agar Engkau jadikan setiap nikmat yang ada pada diriku sebagai mahar yang akan aku persembahkan pada-Mu?

Oh Rabbi, ampuni atas segala kelemahan imanku, bimbing aku melewati jalan orang-orang bernyali singa, namun aku cukup arif menyadari Rabb, siapalah aku ini, betapa diri ini tak layak disejajarkan dengan mereka. Siapakah aku ini dibandingkan mereka yang senantiasa bersimbah peluh dan debu untuk membuktikan kecintaanya kepada-Mu? Betapa lancangnya aku mengukur diri dengan mereka yang menghabiskan malam-malamnya dengan sujud tersungkur mengharapkan ampunan dan cinta-Mu.

Ya Rabbana, kesimpulan dari riak-riak hatiku ini, aku ingin sampaikan terima kasihku kepada-Mu. Walaupun syukur dan taubatku sering mungkir, namun lautan kasih sayang dan ampunan-Mu kuyakini tak pernah bertepi.

Allah, Walaupun aku tak layak mensejajarkan diri, tapi aku ingin katakan, tarbiyah telah merubah diriku, melesat meninggalkan angan-angan hampa, bayang-bayang semu, serta dongeng yang tak memiliki cerita. Dalam dekapannya runtuh keangkuhanku, sirna kesombonganku, lenyap sifat jahiliyahku. Yang ada saat ini bagaimana membentuk diri, seperti yang Engkau kehendaki….

yesi elsandra
selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home